Beranda | Artikel
Adab Menjenguk Orang Sakit - Kitab Al-Adab Al-Mufrad
Rabu, 27 Februari 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Syafiq Riza Basalamah

Adab Menjenguk Orang Sakit merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. dalam pembahasan Kajian kitab Adabul Mufrad karya Imam Bukhari Rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada 18 Rabbi’ul Awwal 1440 H / 26 November 2018 M.

Download juga kajian sebelumnya: Kautamaan Menjenguk Orang Sakit dan Hadits Tentang Sakit

[sc:status-adabul-mufrad-ustadz-syafiq-riza-basalamah-2014]

Kajian Ilmiah Tentang Adab Menjenguk Orang Sakit – Kitab Al-Adab Al-Mufrad

Kita akan melanjutkan kajian kita yang berkaitan dengan kitab Al-Adabul Mufrad. Sekedar mengingatkan kembali hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika beliau mengatakan:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

“Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah mereka yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abu Dawud)

Jadi ketahuilah kalau engkau ingin mengetahui kadar keimananmu, maka lihatlah bagaimana sikap dan perilakumu. Karena itu menjadi tolak ukur kebaikan seseorang atau kesempurnaan iman seseorang.

Bab 240 – Apa yang dikatakan oleh orang yang membesuk orang sakit?

Subhanallah, tidak ada yang terlepas dari bala’. Baik itu bala’ yang berupa kebaikan atau keburukan. Allah mengatakan:

وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ ﴿٣٥﴾

Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya[21]: 35)

Jadi orang yang diluaskan rezekinya, itu sedang diberikan bala’ oleh Allah. Orang yang disempitkan rezekinya, dia sedang diberi bala’ sebagaimana orang yang sakit sedang dicoba, sebagaimana orang yang sehat pun dia juga diberi bala’. Sehingga orang ketika terkena bala’, hendaklah mengatakan, “innalillahi wa inna ilaihi rojiun

Ketika membesuk orang sakit, apa yang harus kita katakan? Pada hadits 525 kita tahu bagaimana ‘Aisyah Radhiyallahu Ta’ala ‘Anha ketika membesuk ayahnya, ketika membesuk Abu Bakar ash-Shiddiq dan membusuk Bilal bin Rabah. Dimana ‘Aisyah mengatakan kepada ayahnya:

يَا أَبَتَاهُ ، كَيْفَ تَجِدُكَ ؟

“Wahai Ayahanda, bagaimana kondisimu?”

Kita kalau membesuk orang sakit, tanya bagaimana kondisinya, bagaimana perkembangannya, bagaimana keadaannya sekarang? Kita tanya kepada orang tersebut. Kemudian kita akan mendengarkan jawaban dari dia. Tapi ada orang sakit yang memang tidak bisa menjawab. Karena dia sudah tidak bisa berbicara atau karena kondisinya yang terlalu parah. Sehingga untuk membuka kedua matanya pun ada yang susah melakukan itu. Tapi tetap kita bertanya kepada dia.

Pertanyaan-pertanyaan yang menunjukkan kepedulian kita kepadanya. Pertanyaan-pertanyaan yang membuat dia pun akan bahagia dengan pertanyaan tersebut.

Hadits no. 526

Kita ingat di sini Imam Bukhari mengatakan:

حَدَّثَنَا مُعَلَّى قَالَ : حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ الْمُخْتَارِ قَالَ : حَدَّثَنَا خَالِدٌ ، عَنْ عِكْرِمَةَ ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَى أَعْرَابِيٍّ يَعُودُهُ ، قَالَ : وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ عَلَى مَرِيضٍ يَعُودُهُ قَالَ : لَا بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ ، قَالَ : ذَاكَ طَهُورٌ ، كَلَّا بَلْ هِيَ حُمَّى تَفُورُ – أَوْ تَثُورُ – عَلَى شَيْخٍ كَبِيرٍ ، تُزِيرُهُ الْقُبُورَ ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : فَنَعَمْ إِذًا

“Mu’alla menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Abdul ‘Aziz bin al-Mukhtar menceritakan kepada kami, ia berkata: Khalid menceritakan kepada kami dari ‘Ikrimah: Dari Ibnu ‘Abbas bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah datang menjenguk seorang Arab Badui dan jika beliau datang menjenguk seseorang yang sedang sakit, beliau bersabda, “Tidak mengapa, semoga menjadi pembersih (dosa-dosa), insyaAllah.” Orang Arab Badui itu lalu berkata, “Pembersih, tidak, bahkan itu adalah demam yang muncul -atau menyerang- orang tua yang akan membawanya ke kubur.” Maka Nabi menjawab, “Ya jika demikian”

Bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membesuk orang Baduy yang sakit. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam manusia termulia yang paling dicintai Allah. Dia bukan hanya membesuk orang-orang kaya, dia tidak hanya membesuk sahabat-sahabatnya yang berada. Bahkan beliau membesuk orang Baduy yang kita tahu kondisi Baduy. Orangnya kasar, keras hatinya, karakternya agak berat karena mereka hidup di daerah yang membentuk karakter yang agak keras pada diri dia. Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membesuk orang itu.

Inilah, hak seorang muslim atas muslim lainnya itu ada enam. Salah satunya adalah kalau sakit, engkau mengunjungi dia. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan hak kepada orang Baduy ini. Dan kata Abdullah bin ‘Abbas, biasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam apabila datang membesuk orang sakit, beliau akan mengatakan:

لَا بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

“Tidak mengapa, semoga menjadi pembersih (dosa-dosa), insyaAllah.”

Ingat, kalau kita berdo’a, kita tidak boleh bilang InsyaAllah. Tapi kita diperintahkan untuk bersungguh-sungguh ketika berdo’a bahkan memaksa minta sama Allah. Tapi dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan InsyaAllah. Di sini para ulama menyebutkan bahwasannya insyaAllah di sini disebut, maka kita ikut Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan alasan lainnya bahasanya itu penyakit akan menjadi pembersih, akan menjadi penyuci hamba dari dosa-dosa yang dia lakukan, kesalahan-kesalahan masa lalu dia, insyaAllah (kalau Allah berkehendak). Artinya butuh usaha dari dirimu, kalau dia bersabar insyaAllah menjadi penyuci, kalau dia menerima insyaAllah jadi pembersih dosa. Tapi kalau tidak, dia murka, dia marah-marah, bagaimana akan jadi pembersih dia dari dosa-dosa?

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan hal ini kepada orang Badui tersebut. Tapi apa respon orang Badui ini? Yaitu:

ذَاكَ طَهُورٌ ، كَلَّا بَلْ هِيَ حُمَّى تَفُورُ – أَوْ تَثُورُ – عَلَى شَيْخٍ كَبِيرٍ ، تُزِيرُهُ الْقُبُورَ

“Pembersih, tidak, bahkan itu adalah demam yang muncul -atau menyerang- orang tua yang akan membawanya ke kubur.”

Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang awalnya mengatakan, لَا بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ, tapi karena respon dari orang Badui ini tidak menginginkan hal itu bahkan dia berharap penyakitnya ini akan mengantarkan dia ke kuburan, maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengaminkan do’a orang itu dengan mengatakan:

فَنَعَمْ إِذًا

“Ya jika demikian”

Maka diriwayatkan orang itu keesokan harinya atau di sore harinya sudah diantar ke kuburan, mati. Kita tidak boleh putus asa. Separah apapun penyakit kita, kita tetap berhusnudzon bahwasanya Allah bisa menyembuhkannya.

مَا أَنْزَلَ اللَّهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً

“Tidaklah Allah menurunkan penyakit melainkan Allah turunkan penyembuhnya”

Maka kita tidak boleh putus asa. Kecuali kematian, kita mau cari obat ke mana? Maka kalau ketemu saudara kita yang sakit, keluarga kita yang sakit, tumbuhkan harapan di diri dia. Bukan ditanamkan keputusasaan. Berapa banyak dokter yang mengatakan kepada pasien bahwa penyakit yang menimpamu ini sudah tidak bisa sembuh. Tapi Subhanallah, dokternya mati pasiennya hidup sehat. Maka tolong kita berusaha memotivasi dia untuk sembuh. Siapa yang menyembuhkan? Bukan dokter, bukan obat, Allah yang menyembuhkan.

Ada sebuah atsar dari Abdullah bin Umar. Tapi atsar ini dhaif. Disebutkan oleh Imam Bukhari:

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عِيسَى قَالَ : حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ ، عَنْ حَرْمَلَةَ ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ الْقُرَشِيِّ ، عَنْ نَافِعٍ قَالَ : كَانَ ابْنُ عُمَرَ إِذَا دَخَلَ عَلَى مَرِيضٍ يَسْأَلُهُ : كَيْفَ هُوَ ؟ فَإِذَا قَامَ مِنْ عِنْدِهِ قَالَ : خَارَ اللَّهُ لَكَ ، وَلَمْ يَزِدْهُ عَلَيْهِ

Ahmad bin ‘Isa menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Abdullah bin Wahb menceritakan kepada kami dari Harmalah, dari Muhammad bin ‘Ali al-Qurasyi: Dari Nafi’, ia berkata, “Bilamana Ibnu ‘Umar menjenguk orang sakit, ia bertanya, ‘Bagaimana keadaannya?’ Dan bilamana hendak pulang ia berkata, ‘Semoga Allah memberimu keadaan yang lebih baik,’ dan ia tidak menambah lebih dari itu.”

Ingat, sanadnya dhaif. Karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kalau membesuk mengatakan:

لاَ بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

“Tidak apa, semoga menjadi penghapus dosa, jika Allah menghendakinya” (HR. Bukhari)

Tidak masalah kalau kita mengatakan kepada dia seperti yang dalam riwayat ini. Karena do’a apa saja yang bermanfaat buat orang yang sakit, maka do’akan. Kadang kala orang sakit ini berharap hidup, Antum berharap dia mati. Sehingga kunjungan Antum menimbulkan polemik di sana. Ketika seseorang sakit Antum datang ke sana, Antum mengatakan, “InsyaAllah Khusnul Khotimah.” Ketika Antum mengatakan itu, dia akan akan berfikur Antum mendo’akan dia mati. Padahal sejatinya orang sehat pun berharap Khusnul Khotimah. Tapi kondisinya dia sedang sakit yang mungkin memang tidak akan bertahan lama lalu kita mengatakan, “semoga engkau Khusnul Khotimah.”

Maka agar tidak disalah fahami ucapan kita, kita cari do’a-do’a yang umum buat dia. Seperti mengatakan, “Semoga Allah memberikan yang terbaik buatmu.” Artinya kalau kesembuhan itu baik buatmu, semoga engkau sembuh. Kalau ternyata tidak, semoga diberi kesabaran. Kadangkala kematian menjadi tempat istirahat kita dari berbuat dosa. Dan do’a yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau mengatakan:

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِى دِينِىَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِى وَأَصْلِحْ لِى دُنْيَاىَ الَّتِى فِيهَا مَعَاشِى وَأَصْلِحْ لِى آخِرَتِى الَّتِى فِيهَا مَعَادِى وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِى فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِى مِنْ كُلِّ شَرٍّ

“Ya Allah, perbaikilah bagiku agamaku sebagai benteng urusanku; perbaikilah bagiku duniaku yang menjadi tempat kehidupanku; perbaikilah bagiku akhiratku yang menjadi tempat kembaliku! Jadikanlah ya Allah kehidupan ini mempunyai nilai tambah bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematianku sebagai kebebasanku dari segala kejahatan!”

Jadi intinya ucapan apa saja yang baik buat orang yang sakit, kita ucapkan. Do’a, pujian, agar dia termotivasi untuk untuk sembuh, untuk pulang.

Download mp3 kajian ilmiah tentang Adab Menjenguk Orang Sakit – Kitab Al-Adab Al-Mufrad


Jangan lupa untuk membagikan rekaman kajian ini ke saudara-saudara kita atau teman-teman kita baik itu melalui Facebook, Twitter, Google+, atau media yang lainnya agar kebaikan ini tidak berhenti begitu saja. Jazakumullahu khairan
[stumble]


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46675-adab-menjenguk-orang-sakit-kitab-al-adab-al-mufrad/